7 langit dalam al kur'an

... ^_^ 009
7 Langit Atmosfir Telah Ditulis Qur'an 1400 Tahun Lalu

السلام عليكم . بِسْــــمِ ﷲِالرَّحْمَنِ الرَّحِيم.لا إله إلاَّ الله.محمد رسو ل الله
الحمد لله رب العا لمين. الصلاة و السلام على رسو ل الله.اما بعد

Fakta ilmiah bahwa Langit itu terdiri atas 7 lapis yang telah dinyatakan dalam Al-Qur’an dalam Surat 2 Al-Baqarah ayat 29 yang artinya:


DIA-LAH ALLAH, YANG MENJADIKAN SEGALA YANG ADA DI BUMI UNTUK KAMU DAN DIA BERKEHENDAK (MENCIPTAKAN) LANGIT, LALU DIJADIKAN-NYA TUJUH LANGIT. DAN DIA MAHA MENGETAHUI SEGALA SESUATU


Saya jamin umat christian tidak akan menemukannya dalam alkitab Christian manapun baik versi King James, American Standard, Revised Standard, Jehovah Witness, New English Version atau 300 versi apapun, apalagi versi setempat!

Ayat lain yang menyatakan bahwa Langit itu terdiri dari 7 lapis adalah dalam Surat 41 Fushshilat ayat 11, yang artinya:

MAKA DIA MENJADIKANNYA TUJUH LANGIT DALAM DUA MASA. DIA MEWAHYUKAN PADA TIAP-TIAP LANGIT URUSANNYA. DAN KAMI HIASI LANGIT YANG DEKAT DENGAN BINTANG-BINTANG YANG CEMERLANG DAN KAMI MEMELIHARANYA DENGAN SEBAIK-BAIKNYA. DEMIKIANLAH KETENTUAN YANG MAHA PERKASA LAGI MAHA MENGETAHUI.

Kata “langit” dalam Al-Qur’an ini memiliki 2 arti, yaitu langit bumi dan juga bisa diartikan sebagai alam semesta/luar angkasa sebagaimana kata “Al-kitab” dalam Al-Qur’an yang memiliki banyak arti. Dengan makna kata seperti ini, maka langit bumi atau atmosfer memiliki 7 lapisan.

Baru abad 20 ini terbukti bahwa langit bumi atau atmosfer terdiri dari lapisan-lapisan yang berbeda yang saling bertumpuk dan persis terdapat 7 lapisan seperti yang diungkapkan AL-Qur’an lebih dari 1400 tahun yang lalu.

Para ilmuwan dengan peralatan canggih abad 20 baru menemukan bahwa atmosfer terdiri dari beberapa lapisan. Lapisan-lapisan tersebut berbeda dalam ciri-ciri fisik, seperti tekanan dan jenis gasnya. Lapisan tersebut adalah:

1. Troposfer, lapisan terdekat bumi yang membentuk sekitar 90% dari keseluruhan berat atmosphere.
2. Stratosfer, lapisan diatas tropospher.
3. Ozonosfer, lapisan yang mengembalikan sebagian besar sinar Ultraviolet dan radiasi bahaya lainnya.
4. Mesosfer, lapisan diatas Ozonospher.
5. Termosfer, lapisan diatas Mesosfer.
6. Ionosfer, lapisan dimana gas-gas terionisasi membentuk lapisan ini.
7. Eksosfer, bagian terluar dari Atmosfer yang membentang dari sekitar 480 Km sampai 960 Km.


Sebuah keajaiban besar bahwa bukti-bukti ini yang tidak mungkin didapat tanpa teknologi canggih abad 20 ternyata telah dinyatakan oleh Al-Qur’an lebih dari 1400 tahun yang lalu.

Ini pun membuktikan bahwa Al-Qur’an bukan ciptaan Rasulullaah Muhammad SAW, tapi memang Firman Allah Pencipta Alam Semesta Raya.

Sekali lagi saya tegaskan bahwa kita tidak akan mendapatkan keterangan ini dalam Alkitab Versi manapun karena saya sudah memeriksanya baik "Old Testament/Perjanjian Lama" maupun "New Testament/Perjanjian Baru."

Terkadang ada orang yg berdalih & mengatakan jika dari segi fisika, atmosfir terbagi dalam 4, bukan 7. Itu cuma pernyataan orang-orang yg mengingkari BUKTI NYATA kebenaran Qur'an.
----------------------------------
Lazimnya, pada awalnya, kita beragama cuma ikut orang tua sahaja. Kita tak fikir agama benar atau salah.

Jika kita lahir di timur dari keluarga islam, maka kita islam.
Jika kita lahir di barat dari keluarga christian, maka kita christian.
Jika kita lahir di Himalaya dari keluarga budha, maka kita jadi bhisksu.

19 keyakinan, meski yakin sangat dengan seyakin-yakinnya, maka tetap lah tak bermakna ada 19 Tuhan,tetap Tuhan cm 1 !

1 Tuhan bmakna 1 Agama yg sebenar,macam mana kita boleh tahu sebuah agama benar???

Jadi, dalam soalan ini kita TIDAK BICARA TENTANG KEYAKINAN, tapi kita paparkan BUKTI KEBENARAN.

Jika Islam Benar, apa buktinya?
Jika Christian Benar, apa buktinya?

Untok membuktikan sebuah agama benar, maka tak boleh ditengok dari kesalahan ummatnya, kerana ummat tetaplah manusia yg tak sempurna.

Jika di negeri muslim ramai orang miskin yg beragama islam, maka itu tak bererti islam buruk, kerana di philipin yg miskin sangat agamanya ialah katholik.


Jika di negeri muslim ramai pesalah/penjahat yg masuk lokap/penjara ialah ramai yg beragama islam, maka tak bererti islam buruk, kerana di brazil, venezuela, mexico, argentina yg menjadi pesalah/napi di lokap ialah beragama christian atau katholik.

Pembuktian sebuah agama benar pun tak boleh ditengok dari pendapat orang, kerana lain orang lain fikiran, & ada ramai pendapat orang dimuka bumi ini yg satu sama lain berbeza.

Pembuktian sebuah agama benar kena dilihat dari kitabnya, jika memang kitab itu dari Tuhan, maka TAK BOLEH ada kesalahan sesikit apapun.

Mari kita sama buktikan 2 hal sahaja:
1. Bukti nyata Qur'an ialah mukjizat terbesar & sepanjang masa
2. Bukti nyata alkitab christian ramai kesalahan soalan ajaran & ayatnya

Ramai dalam Qur'an disebut Taurot & Injil yg kena kita imani, tapi Taurot & Injil itu sudah tak suci lagi, maknanya, ayat yg betul itu ada, tapi yg salah pun banyak sangat, jumlahnya menjumpai RIBUAN KESALAHAN.

Dan, ramai pulak ajaran dalam alkitab christian yg tak diketahui, disembunyikan, tak dilaksanakan, diingkari & bahkan diejek pulak oleh ummat christian sendiri.
Mintalah ampun pada ALLAH, ALLAH Maha Pemaaf, dan hanya ALLAH sahaja yang boleh mengampuni dosa.

Qs.39 Zumar:53. Katakanlah: "Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Qs.29 'Ankabuut:7. Dan orang-orang yang beriman dan beramal saleh, benar-benar akan Kami hapuskan dari mereka dosa-dosa mereka dan benar-benar akan Kami beri mereka balasan yang lebih baik dari apa yang mereka kerjakan.

Jika ada orang yg nak masok Islam, maka SEMUA dosa dia yang telah lalu PASTI diampuni ALLAH.

Qs.8 Anfaal:38. Katakanlah kepada orang-orang yang kafir itu: "Jika mereka berhenti (dari kekafirannya), niscaya Allah akan mengampuni mereka tentang dosa-dosa mereka yang sudah lalu; dan jika mereka kembali lagi sesungguhnya akan berlaku sunnah orang-orang dahulu ".

Dan... Siapakah yang ingin masuk Islam?

Qs.2 Baqarah:256. Tidak ada paksaan untuk agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Sesungguhnya, masih ramai BUKTI ayat soalan ini, tapi untok BUKTI diatas cukuplah untok orang berfikir. Dan dalam berfikir pun kena guna AKAL, ramai paderi cakap jika iman itu percaya dahulu, tapi Nabi Isa pun menyuruh agar gunakan AKAL dalam menyembah ALLAH.

Markus 12:30 Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap HATIMU dan dengan segenap JIWAMU dan dengan segenap AKAL budimu dan dengan segenap kekuatanmu.

Matius 22:37 Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap HATIMU dan dengan segenap JIWAMU dan dengan segenap AKAL budimu.

Lukas 10:27 Jawab orang itu: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap HATIMU dan dengan segenap JIWAMU dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap AKAL budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri."

Seperti yg telah sy tulis kat wall post beberapa hari lepas... jadi,,, ada baiknya lelaki dari ummat christian berhenti menyembah Jesus & Roh Kudus, dan tukar menyembah ALLAH sahaja.

Dan ada baiknya ummat christiani bersyahadat:
Tidak ada Tuhan Selain ALLAH
Isa Rasulullah... ^_^

Dan juga dalam wall post beberapa hari lepas,,, ada baiknya jika ber-wudhu sebelum masok gereja...
Bersunat seperti Nabi Ibrahim, Ismail, Ishak, Yohanes, Jesus & Paulus..
Tak payah malu kerana Nabi Ibrahim pun bersunat ketika sudah tua.. ^_^
Membuka kasut & alas kaki sebelum masok gereja...
Bersujud seperti Jesus sujud & Nabi Ibrahim, Musa, Daud, dan lainnya...
Menghadap Kiblat seperti para Nabi terdahulu...
Berdo'a hanya kepada ALLAH sahaja... bukan kepada Jesus...
Bertahajud seperti Jesus bertahajud...
Dan ada baiknya pulak Gereja itu dirubah arahnya menghadap kiblat...

Yohanes 14:15. "Jika kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintahku.

Dan berbahagialah kita sebagai muslim kerana kita lah yg mengamalkan semua itu, Qur'an telah memurnikan ajaran-ajaran yg telah hilang & tak dilaksanakan oleh ummat terdahulu yang ingkar pada kitabnya sendiri.

Page ini dibuat untok ummat muslim sahaja dengan tujuan:
1. Melindungi ummat dari Missionaries Christian

2. Menguatkan Islam & akidah dengan bukti nyata Kitab-kitab yg ada.

3. Boleh melawan missionaries kafir yg cuba menarik dengan budaya, fikiran, busana, media massa agar anak Islam menjadi kafir....

4. Memutuskan hujjah para Pluralism, Liberalism yg mengatakan semua agama sama, semua agama baik, semua agama boleh masok surga.

5. Kebangkitan Islam, kerana Islam tak kan bangkit selama ummatnya masih tak yakin Islam & tak dapat buktikan islam sebagai satu-satunya agama sebenar

6. Dapat juga jika nak diguna untok membela diri saat ummat christian menyerang kita, kerana jika kita cakap:

Hai ummat chritian, dilarang makan babi kerana tertulis dalam Qur'an ayat ini & itu, maka mereka tak nak ikut kerana mereka tak percaya pada Qur'an... Tapi jika kita cakap: Hai ummat christian, jangan makan babi kerana babi pun tertulis haram dalam Imamat 11:7 & Ulangan 14:8,,, maka apakah mereka nak khianati pulak kitab ditangan mereka sendiri?

Kena di ingat jika bukan kita yg menyerang mereka, tapi mereka lah yg menyerang kita sejak semula pertama dahulu kala melalui mass media & segala cara.

Mereka lah yg menghina Nabi kita sementara kita tak pernah menghina Nabi Isa AS, kerana Nabi Isa AS itu tetaplah salah satu dari Nabi Mulia dari Islam yg WAJIB diimani.

Hak kita untok membela saudara & akidah kita.

Jika ada ummat christiani yg tengok ni, maaf, jangan la marah pd sy, tapi marah lah pada alkitab yg ada ditangan awak sendiri. Sy cakap bukan dari hati, tapi selalunya ada BUKTI NYATA dari kitab daripada christian & Qur'an.

Jika menyembah hanya kepada ALLAH itu salah... mana BUKTInya?

Sekali lagi... ISLAM TERBUKTI BENAR !!!
Christian terbukti mengingkari alkitab ditangan mereka sendiri... ^_^
-------------------
Page group ini, Insya ALLAH tak akan meminta UPAH berupa Zakat, Infaq, Shodaqoh, Jariyah, Bisnes, atau UPAH lainnya.

Qs. 25 Furqaan:57. Katakanlah: "Aku tidak meminta upah sedikitpun kepada kamu dalam menyampaikan risalah itu, melainkan (mengharapkan kepatuhan) orang-orang yang mau mengambil jalan kepada Tuhan nya.

Tak sempurna iman seorang muslim sehingga ia mencintai muslim lain seperti mencintai diri sendiri. Salah satu bentuk cinta ini ialah Amar Ma'ruf Nahi Munkar.

Dan kemunkaran yg banyak terjadi masa ini ialah ramai orang disekitar kita berkata "Semua agama itu baik", "Semua agama itu benar", "Semua agama sama", "Semua agama masuk surga", "Semua agama dari TUHAN".

Betulkah ISLAM yg mulia ini disamakan dengan agama-agama lain???
Kita kena BUKTIKAN cuma Islam sahaja yg benar.

Sila copy paste & yg paling utama ialah menyebarkan & bagi tahu rakan + saudara lain guna email, picture post, wall post, TAG picture dan semua cara kena diguna untok menyebarkan PEMBUKTIAN ISLAM IALAH SATU-SATUNYA AGAMA YG BENAR.

Dakwahkanlah meski cuma 1 ayat shaja, mulakan dari saudara & rakan2 sekitar kita. Biar cuma sikit 1 ayat tapi disampaikan, lagi baik daripada ramai ilmu tapi cuma untok diri sendiri.

penasaran???......
Category: 0 komentar

Istana Nabi Sulaiman




Dikatakan kepadanya : " Masuklah ke dalam istana. Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar, dan disingkapkannya kedua betisnya". Berkatalah Sulaiman : " Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dari kaca" Berkatalah Balqis :"Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam"."(QS An Naml 44)

Catatan sejarah mengungkapkan pertemuan antara Sulaiman dengan Ratu Saba berdasarkan penelitian yang dilakukan negeri tua Saba di Yaman Selatan. Penelitian yang dilakukan terhadap reruntuhan mengungkapkan bahwa seorang "ratu" yang pernah berada di kawasan ini hidup antara 1000 s/d 950 SM dan melakukanperjalanan ke Utara ( ke Jerusalem).

Keterangan lebih terperinci tentang apa yang terjadi diantara dua orang penguasa, kekuatan ekonomi dan politik dari dua negara ini, pemerintahan mereka dan hal lain yang lebih terperinci semuanya diterangkan dalam Surat An Naml. Kisah yang meliputi sebagian besar surat An Naml, memulai keterangannya tentang ratu Saba berdasarkan berita yang dibawa oleh seekor burung Hud, salah satu tentara nabi Sulaiman kepadanya :

Maka tidak lama kemudian (datanglah hud-hud), lalu ia berkata;"Aku telah mengetahui sesuatu yang kamu belum mengetahinya; dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini.

Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar.

Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah; dan syaitan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak mendapat petunjuk, agar mereka tidak menyembah Allah Yang mengeluarkan apa yang terpendam di langit dan di bumi dan Yang mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan.

Allah, tiada Tuhan Yang Disembah kecuali Dia, Tuhan Yang mempunyai Ársy yang besar". Berkata Sulaiman :"Akan kami lihat, apa kamu benar ataukah kamu termasuk orang-orang yang berdusta." ( QS An Naml 22-27).



Setelah menerima berita dari burung hud ini, Sulaimanpun memberikan perintah sebagai berikut :

Pergilah dengan (membawa) suratku ini, lalu jatuhkanlah kepada mereka kemudian berpalinglah dari mereka, lalu perhatikanlah apa yang mereka bicarakan".(QS. An Naml: 28).

Setelah ini, al-Qur'an mengemukakan kejadian yang berkembang setelah Ratu Saba menerima surat tersebut:

Berkata ia (Balqis) : "Hai pembesar-pembesar, sesunguhnya telah dijatuhkan kepadaku sebuah surat yang mulia. Sesungguhnya surat ini dari Sulaiman dan sesungguhnya (isinya): "Dengan menyebut Nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Bahwa janganlah kamu sekalian berlaku sombong terhadapku dan datanglah kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri".

Berkata dia (Balqis) ; "Hai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam urusanku (ini) aku tidak pernah memutuskan sesuatu persoalan sebelum kamu berada dalam majelis(ku)".

Mereka menjawab: "Kita adalah orang-orang yang memiliki kekuatan dan (juga) memiliki keberanian yang sangat (dalam peperangan), dan keputusan berada di tanganmu; maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan".

Dia berkata: "Sesungguhnya raja-raja apabila memasuki suatu negeri, niscaya mereka membinasakannya, dan menjadikan penduduknya yang mulia jadi hina; dan dan demikian pulalah apa yang akan mereka perbuat. Dan sesungguhnya aku akan mengirimkan utusan kepada mereka dengan (membawa) hadiah dan (aku akan) menunggu apa yang dibawa kembali oleh utusan-utusanku itu.




Maka tatkala utusan itu sampai kepada Sulaiman, Sulaimanpun berkata: Äpakah (patut) kamu menolong aku dengan harta? Maka apa yang diberikan oleh Allah kepadaku lebih baik daripada apa yang diberikan-Nya kepadamu; tetapi kamu merasa bangga dengan hadiahmu.

Kembalilah mereka sungguh Kami akan mendatangi mereka dengan bala tentara yang mereka tidak kuasa melawannya, dan pasti kami akan mengusir mereka dari negeri itu (Saba) dengan terhina dan mereka menjadi (tawanan-tawanan) yang hina dina".

Berkata Sulaiman: "Hai pembesar-pembesar siapakah diantara kamu sekalian yang sanggp membawa singgasananya kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri". Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan jin:"Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya".

Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al Kitab:"Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip". Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana tersebut terletak dihadapannya, iapun berkata :Ïni termasuk karunia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan ni'mat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia".

Dia berkata: "Robahlah baginya singgasananya; maka kia akan melihat apakah dia mengenal ataukah dia termasuk orang-orang yang tidak mengenali(nya)".

Dan ketika Balqis datang, ditanyakanlah kepadanya: "Serupa inikah singgasanamu?". Dia menjawab: "Seakan-akan singgasana ini singgasanaku, kami telah diberi pengetahuan sebelumnya dan kami adalah orang-orang yang berserah diri".

Dan apa yang disembahnya selama ini selain Allah, mencegahnya ( untuk melahirkan ke-Islamannya), karena sesungguhnya ia dahulunya termasuk orang-orang yang kafir. Dikatakanlah kepadanya: "Masuklah ke dalam istana". Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar dan disingkapkannya kedua betisnya". Berkatalah Sulaiman: "Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dai kaca". Berkatalah Balqis: ¼a, Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam". (QS An Naml 29-44).

Sebuah peta yang menunjukkan dua buah jalur perjalanan ratu Saba.



Istana Sulaiman

Dalam surat dan ayat yang menerangkan tentang ratu Saba, Nabi Sulaiman juga disebutkan. Dalam Al Qurán diceritakan bahwa Sulaiman mempunyai kerajaan serta istana yang mengagumkan dan banyak perincian lain yang diberikan.

Berdasarkan ini, Sulaiman dapatlah dikatakan memiliki teknologi yang maju dimasanya. Di istananya terdapat berbagai karya seni dan benda-benda berharga, yang mengesankan bagi semua yang menyaksikanya. Pintu gerbang istana terbuat dari gelas. Penyebutan Al Qurán dan akibatnya terhadap ratu Saba disebutkan dalam ayat berikut :

. Dikatakanlah kepadanya: "Masuklah ke dalam istana". Maka tatkala dia melihat lantai istana itu, dikiranya kolam air yang besar dan disingkapkannya kedua betisnya". Berkatalah Sulaiman: "Sesungguhnya ia adalah istana licin terbuat dai kaca". Berkatalah Balqis: ¼a, Tuhanku, sesungguhnya aku telah berbuat zalim terhadap diriku dan aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan semesta alam".(QS An Naml 44).
Setelah kuil Sulaiman dihancurkan, satu-satunya dinding/tembol kuil yang tersisa diubah menjadi "Tembok ratapan"oleh Yahudi. Setelah penaklukan Jerusalem di abad 7, kaum Muslim membangun Masjid Umat dan Kubah Batu dimana kuil tersebut dahulunya berada. Dalam gambar disebelah kanan tampak Kubah Batu.

Istana Nabi Sulaiman disebut dengan "Solomon Temple/Kuil Sulaiman" dalam literatur bangsa Yahudi. Saät ini, hanya "Tembok sebelah Barat" yang tersisa dari bangunan kuil atau istana yang masih berdiri, dan pada saat yang bersamaan tempat ini dinamakan "Tembok Ratapan/Wailing Wall"oleh orang Yahudi. Alasan mengapa istana ini, sebagaimana banyak tempat lain yang berada di Jerusalem kemudian dihancurkan adalah dikarenakan tindakan jahat serta kesombongan dari bangsa Yahudi. Hal ini diberitahukan oleh Al Qurán sebagai berikut :

Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar". Maka apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) pertama dari kedua (kejahatan) itu, Kami datangkan kepadamu hamba-hamba Kami yang mempunyai kekuatan yang besar, lalu mereka merajalela di kampung-kampung, dan itulah ketetapan yang pasti terlaksana.

Kemudian Kami berikan kepadamu giliran untuk mengalahkan mereka kembali dan Kami membantumu dengan harta kekayaan dan anak-anak dan Kami jadikan kamu kelompok yang lebih besar. Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat, maka (kejahatan) itu bagi dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua, (Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.(QS al Isra 4-7).

Kuil Sulaiman memiliki teknologi yang paling maju saat itu dan pemahaman estetika yang unggul. Pada gambar di atas ditunjukkan pusat kota Jerusalem selama masa pemerintahan Nabi Sulaiman.
1) Pintu Barat daya
2) Istana Ratu
3) Istana Sulaiman
4) Pintu gerbang dengan 32 pilar
5) Gedung pengadilan
6) Hutan Libanon
7) Kediaman pendeta tingkat tinggi
8) Pintu masuk ke kuil
9) Alun-alun kuil
10) Kuil Sulaiman

Seluruh kaum yang disebutkan dalam bab-bab terdahulu patut mendapatkan hukuman karena pemberontakan mereka dan ketidak bersyukuran mereka atas karunia Allah, dan makanya merekapun ditimpa bencana. Setelah berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain tanpa negara dan wilayah, dan akhirnya menemukan sebah rumah di tanah suci pada masa Sulaiman, bangsa Yahudi sekali lagi dihancurkan karena perilaku mereka yang diluar batas, dan karena tindakan mereka yang merusak dan membangkang. Yahudi modern yang telah menetap di daerah yang sama dengan daerah dimasa lalu, kembali menyebabkan kerusakan dan "berbesar hati dengan kesombongan yang luar biasa" sebagaimana mereka lakukan sebelum peringatan yang pertama.

penasaran???......
Category: 0 komentar

Muhammad Saw

silsilah-nabi-sawMuhammad (bahasa Arab: محمد, juga dikenal sebagai Mohammad, Mohammed, dan kadang-kadang oleh orientalis Mahomet, Mahomed) adalah pembawa ajaran Islam, dan diyakini oleh umat Muslim sebagai nabi Allah (Rasul) yang terakhir. Menurut biografi tradisional Muslimnya (dalam bahasa Arab disebut sirah), ia lahir sekitar tahun 570, diperkirakan 20 April 570 di Mekkah (atau “Makkah”) dan wafat pada 8 Juni 632 di Madinah. Kedua kota tersebut terletak di daerah Hejaz (Arab Saudi saat ini).
“Muhammad” dalam bahasa Arab berarti “dia yang terpuji”. Muslim mempercayai bahwa ajaran Islam yang dibawa oleh Muhammad adalah penyempurnaan dari agama-agama yang dibawa oleh nabi-nabi sebelumnya. Mereka memanggilnya dengan gelar Rasulullah (رسول الله), dan menambahkan kalimat sallallaahu alayhi wasallam (صلى الله عليه و سلم, yang berarti “semoga Allah memberi kebahagiaan dan keselamatan kepadanya”; sering disingkat “s.a.w” atau “S.A.W”) setelah namanya. Selain itu Al-Qur’an dalam Surah As-Saff (QS 61:6) menyebut Muhammad dengan nama “Ahmad” (أحمد), yang dalam bahasa Arab juga berarti “terpuji”.
Michael H. Hart, dalam bukunya The 100, menetapkan Muhammad sebagai tokoh paling berpengaruh sepanjang sejarah manusia. Menurut Hart, Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik dalam hal agama maupun hal duniawi. Dia memimpin bangsa yang awalnya terbelakang dan terpecah belah, menjadi bangsa maju yang bahkan sanggup mengalahkan pasukan Romawi di medan pertempuran.[1]

Silsilah Muhammad dari kedua orang tuanya kembali ke Kilab bin Murrah bin Ka’b bin Lu’ay bin Ghalib bin Fihr (Quraish) bin Malik bin an-Nadr (Qais) bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah (Amir) bin Ilyas bin Mudar bin Nizar bin Ma`ad bin Adnan.[2] Dimana Adnan merupakan keturunan laki-laki ke tujuh dari Ismail bin Ibrahim, yaitu keturunan Sam bin Nuh.[3]
Riwayat
Kelahiran
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Maulud Nabi Muhammad
Para penulis sirah (biografi) Muhammad pada umumnya sepakat bahwa ia lahir di Tahun Gajah, yaitu tahun 570 M. Muhammad lahir di kota Mekkah, di bagian Selatan Jazirah Arab, suatu tempat yang ketika itu merupakan daerah paling terbelakang di dunia, jauh dari pusat perdagangan, seni, maupun ilmu pengetahuan. Ayahnya, Abdullah[4], meninggal dalam perjalanan dagang di Yatsrib, ketika Muhammad masih dalam kandungan. Ia meninggalkan harta lima ekor unta, sekawanan biri-biri dan seorang budak perempuan bernama Ummu Aiman yang kemudian mengasuh Nabi.[3]
Pada saat Muhammad berusia enam tahun, ibunya Aminah binti Wahab mengajaknya ke Yatsrib (Madinah) untuk mengunjungi keluarganya serta mengunjungi makam ayahnya. Namun dalam perjalanan pulang, ibunya jatuh sakit. Setelah beberapa hari, Aminah meninggal dunia di Abwa’ yang terletak tidak jauh dari Yatsrib, dan dikuburkan di sana.[2] Setelah ibunya meninggal, Muhammad dijaga oleh kakeknya, ‘Abd al-Muththalib. Setelah kakeknya meninggal, ia dijaga oleh pamannya, Abu Thalib. Ketika inilah ia diminta menggembala kambing-kambingnya disekitar Mekkah dan kerap menemani pamannya dalam urusan dagangnya ke negeri Syam (Suriah, Libanon dan Palestina).
Hampir semua ahli hadits dan sejarawan sepakat bahwa Muhammad lahir di bulan Rabiulawal, kendati mereka berbeda pendapat tentang tanggalnya. Di kalangan Syi’ah, sesuai dengan arahan para Imam yang merupakan keturunan langsung Muhammad, menyatakan bahwa ia lahir pada hari Jumat, 17 Rabiulawal; sedangkan kalangan Sunni percaya bahwa ia lahir pada hari Senin, 12 Rabiulawal atau (2 Agustus 570M).[3]
Masa remaja
Dalam masa remajanya, diriwayatkan bahwa Muhammad percaya sepenuhnya dengan keesaan Tuhan. Ia hidup dengan cara amat sederhana dan membenci sifat-sifat angkuh dan sombong. Ia menyayangi orang-orang miskin, para janda dan anak-anak yatim serta berbagi penderitaan dengan berusaha menolong mereka. Ia juga menghindari semua kejahatan yang biasa di kalangan bangsa Arab pada masa itu seperti berjudi, meminum minuman keras, berkelakuan kasar dan lain-lain, sehingga ia dikenal sebagai As-Saadiq (yang benar) dan Al-Amin (yang terpercaya). Ia senantiasa dipercayai sebagai penengah bagi dua pihak yang bertikai di kampung halamannya di Mekkah…
Kerasulan
Muhammad dilahirkan di tengah-tengah masyarakat terbelakang yang senang dengan kekerasan dan pertempuran. Ia sering menyendiri ke Gua Hira’, sebuah gua bukit dekat Mekah, yang kemudian dikenali sebagai Jabal An Nur karena bertentangan sikap dengan kebudayaan Arab pada zaman tersebut. Di sinilah ia sering berpikir dengan mendalam, memohon kepada Allah supaya memusnahkan kekafiran dan kebodohan.
Pada suatu malam, ketika Muhammad sedang bertafakur di Gua Hira’, Malaikat Jibril mendatanginya. Jibril membangkitkannya dan menyampaikan wahyu Allah di telinganya. Ia diminta membaca. Ia menjawab, “Saya tidak bisa membaca”. Jibril mengulangi tiga kali meminta agar Muhammad membaca, tetapi jawabannya tetap sama.
Akhirnya, Jibril berkata:
“Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dengan nama Tuhanmu yang Maha Pemurah, yang mengajar manusia dengan perantaraan (menulis, membaca). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Ini merupakan wahyu pertama yang diterima oleh Muhammad. Ketika itu ia berusia 40 tahun. Wahyu turun kepadanya secara berangsur-angsur dalam jangka waktu 23 tahun. Wahyu tersebut telah diturunkan menurut urutan yang diberikan Muhammad, dan dikumpulkan dalam kitab bernama Al Mushaf yang juga dinamakan Al-Quran (bacaan). Kebanyakan ayat-ayatnya mempunyai arti yang jelas, sedangkan sebagiannya diterjemahkan dan dihubungkan dengan ayat-ayat yang lain. Sebagian ayat-ayat adapula yang diterjemahkan oleh Muhammad sendiri melalui percakapan, tindakan dan persetujuannya, yang terkenal dengan nama As-Sunnah. Al-Quran dan As-Sunnah digabungkan bersama merupakan panduan dan cara hidup bagi “mereka yang menyerahkan diri kepada Allah”, yaitu penganut agama Islam.
Selama tiga tahun pertama, Muhammad hanya menyebarkan agama terbatas kepada teman-teman dekat dan kerabatnya. Kebanyakan dari mereka yang percaya dan meyakini ajaran Muhammad adalah para anggota keluarganya serta golongan masyarakat awam, antara lain Khadijah, Ali, Zayd dan Bilal. Namun pada awal tahun 613, Muhammad mengumumkan secara terbuka agama Islam. Banyak tokoh-tokoh bangsa Arab seperti Abu Bakar, Utsman bin Affan, Zubair bin Al Awwam, Abdul Rahman bin Auf, Ubaidillah bin Harits, Amr bin Nufail masuk Islam dan bergabung membela Muhammad.
Akibat halangan dari masyarakat jahiliyyah di Mekkah, sebagian orang Islam disiksa, dianiaya, disingkirkan dan diasingkan. Penyiksaan yang dialami hampir seluruh pengikutnya membuat lahirnya ide berhijrah (pindah) ke Habsyah. Negus, raja Habsyah, memperbolehkan orang-orang Islam berhijrah ke negaranya dan melindungi mereka dari tekanan penguasa di Mekkah. Muhammad sendiri, pada tahun 622 hijrah ke Madinah, kota yang berjarak sekitar 200 mil (320 km) di sebelah Utara Mekkah.
Hijrah ke Madinah
Di Mekkah terdapat Ka’bah yang telah dibangun oleh Nabi Ibrahim a.s. Masyarakat jahiliyah Arab dari berbagai suku berziarah ke Ka’bah dalam suatu kegiatan tahunan, dan mereka menjalankan berbagai tradisi keagamaan mereka dalam kunjungan tersebut. Muhammad mengambil peluang ini untuk menyebarkan Islam. Di antara mereka yang tertarik dengan seruannya ialah sekumpulan orang dari Yathrib (dikemudian hari berganti nama menjadi Madinah). Mereka menemui Muhammad dan beberapa orang Islam dari Mekkah di suatu tempat bernama Aqabah secara sembunyi-sembunyi. Setelah menganut Islam, mereka lalu bersumpah untuk melindungi Islam, Rasulullah (Muhammad) dan orang-orang Islam Mekkah.
Tahun berikutnya, sekumpulan masyarakat Islam dari Yathrib datang lagi ke Mekkah. Mereka menemui Muhammad di tempat mereka bertemu sebelumnya. Abbas bin Abdul Muthalib, yaitu pamannya yang saat itu belum menganut Islam, turut hadir dalam pertemuan tersebut. Mereka mengundang orang-orang Islam Mekkah untuk berhijrah ke Yathrib. Muhammad akhirnya setuju untuk berhijrah ke kota itu.
Mengetahui bahwa banyak masyarakat Islam berniat meninggalkan Mekkah, masyarakat jahiliyah Mekkah berusaha menghalang-halanginya, karena beranggapan bahwa bila dibiarkan berhijrah ke Yathrib, orang-orang Islam akan mendapat peluang untuk mengembangkan agama mereka ke daerah-daerah yang lain. Setelah berlangsung selama kurang lebih dua bulan, masyarakat Islam dari Mekkah pada akhirnya berhasil sampai dengan selamat ke Yathrib, yang kemudian dikenal sebagai Madinah atau “Madinatun Nabi” (kota Nabi).
Di Madinah, pemerintahan (kalifah) Islam diwujudkan di bawah pimpinan Muhammad. Umat Islam bebas beribadah (shalat) dan bermasyarakat di Madinah. Quraish Makkah yang mengetahui hal ini kemudian melancarkan beberapa serangan ke Madinah, akan tetapi semuanya dapat diatasi oleh umat Islam. Satu perjanjian damai kemudian dibuat dengan pihak Quraish. Walaupun demikian, perjanjian itu kemudian diingkari oleh pihak Quraish dengan cara menyerang sekutu umat Islam.
Penaklukan Mekkah
Pada tahun ke-8 setelah berhijrah ke Madinah, Muhammad berangkat kembali ke Makkah dengan pasukan Islam sebanyak 10.000 orang. Penduduk Makkah yang khawatir kemudian setuju untuk menyerahkan kota Makkah tanpa perlawanan, dengan syarat Muhammad kembali pada tahun berikutnya. Muhammad menyetujuinya, dan ketika pada tahun berikutnya ia kembali maka ia menaklukkan Mekkah secara damai. Muhammad memimpin umat Islam menunaikan ibadah haji, memusnahkan semua berhala yang ada di sekeliling Ka’bah, dan kemudian memberikan amnesti umum dan menegakkan peraturan agama Islam di kota Mekkah.
Pernikahan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pernikahan Muhammad
Selama hidupnya Muhammad menikahi 11 atau 13 orang wanita (terdapat perbedaan pendapat mengenai hal ini). Pada umur 25 Tahun ia menikah dengan Khadijah, yang berlangsung selama 25 tahun hingga Khadijah wafat.[5] Pernikahan ini digambarkan sangat bahagia,[6][7] sehingga saat meninggalnya Khadijah (yang bersamaan dengan tahun meninggalnya Abu Thalib pamannya) disebut sebagai tahun kesedihan.
Sepeninggal Khadijah, Muhammad disarankan oleh Khawla binti Hakim, bahwa sebaiknya ia menikahi Sawda binti Zama (seorang janda) atau Aisyah (putri Abu Bakar, dimana Muhammad akhirnya menikahi keduanya. Kemudian setelah itu Muhammad tercatat menikahi beberapa wanita lagi sehingga mencapai total sebelas orang, dimana sembilan diantaranya masih hidup sepeninggal Muhammad. Para ahli sejarah antara lain Watt dan Esposito berpendapat bahwa sebagian besar perkawinan itu dimaksudkan untuk memperkuat ikatan politik (sesuai dengan budaya Arab), atau memberikan penghidupan bagi para janda (saat itu janda lebih susah untuk menikah karena budaya yang menekankan perkawinan dengan perawan).[8]
Perbedaan dengan nabi dan rasul terdahulu
Dalam mengemban misi dakwahnya, umat Islam percaya bahwa Muhammad diutus Allah untuk menjadi Nabi bagi seluruh umat manusia (QS. 34 : 28), sedangkan nabi dan rasul sebelumnya hanya diutus untuk umatnya masing-masing (QS 10:47, 23:44) seperti halnya Nabi Musa yang diutus Allah kepada kaum Bani Israil.
Sedangkan persamaannya dengan nabi dan rasul sebelumnya ialah sama-sama mengajarkan Tauhid, yaitu kesaksian bahwa Tuhan yang berhak disembah atau diibadahi itu hanyalah Allah (QS 21:25).

penasaran???......
Category: 1 komentar

BENARKAH KEBEBASAN   BERPIKIR ITU BOLEH?BERFIKIR BEBAS DAN ILMIAH DALAM AL-QURAN

Pondok modern Gontor, almamater kita menjadikan kebebasan berfikir sebagai salah satu prinsip dasar. Prinsip ini penting dalam kehidupan manusia. Manusia seringkali didifinisikan sebagai “binatang berfikir” (al-insânu hayawânun nâtiq) Dalam definisi ini “berfikir” yang berarti juga “berfikir yang bebas” adalah sifat utama manusia dan faktor pembeda antara manusia dengan binatang-binatang yang lain. Dulu dalam peristiwa penciptaan Adam as juga ada isarat yang menunjukkan bahwa Adam mampu menjadi khalifah yang lebih tinggi derajatnya daripada para malaikat adalah karena kemampuannya bertikir dan menamakan al-asma’ (nama-nama benda).

Tulisan ini berusaha melihat beberapa aspek berfikir dalam al-Qur’an. Al-Qur’an menyerukan pentingnya berfikir yang bebas. Kebebasan berfikir yang diserukan al-Qur’an kepada manusia menyangkut segala proses akliah, kognitif, terhadap semua kehidupan dan kejadian alam wujud ini termasuk diri manusia sendiri. Pada saat yang sama proses berfikir yang bebas ini, menurut al-Qur’an juga harus ilmiah, kritis dan methodologis.
PROSES BERFIKIR YANG BEBAS DAN BERKESINAMBUNGAN
Dalam al-Qur’an proses berfikir adalah proses yang bebas, menyangkut segala kegiatan kognitif terhadap semua alam wujud dan kehidupan. Aktifitas berfikir sebagai karakter utama manusia mendapat perhatian yang istimewa dalam al-Qur’an. Akal yang merupakan alat untuk berfikir disebutkan al-Qur’an sebanyak 49 kali, yang semuanya dalam bentuk kata kerja (fi’il) dan tidak satupun kata akal (‘aql) digunakan dalam bentuk kata benda (isim) . Hal ini mengisyaratkan bahwa akal adalah sebuah proses berfikir yang berketerusan dan tidak boleh berhenti dan bahwa akal tidak memiliki makna kalau tidak digunakan. Alat untuk berfikir di dalam al-Qur’an juga disebut al-qalb, al-fu’ad, al-nuhâ, al-hijr, al-hilm dan al-lubb yang semuanya juga berarti akal fikiran. Dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat-ayat yang menyerukan pentingnya proses berfikir yang bebas bagi setiap manusia. Ayat-ayat ini dapat dikategorikan sebagai berikut:
1. Ayat-ayat yang menyerukan berfikir dan penggunaan akal sebagai kekuatan alami yang dimiliki manusia. Di antaranya adalah: “Dan ia memudahkan bagi kamu malam dan siang, dan matahari serta bulan; dan bintang-bintang dimudahkan dengan perintah-Nya untuk keperluan-keperluan kamu. Sesungguhnya yang demiikian itu mengandung tanda-tanda (yang membuktikan kebijaksanaan Allah) bagi kaum yang mau menggunakan akal.” (al-Nahl:12) . Ayat-ayat seperti ini juga dapat di lihat di Surat al-Baqarah: 164, al-Ra’d: 4, al-Nahl: 64 dan al-Rum: 24. Semua ayat-ayat tersebut di atas diakhiri dengan pernayataan “bagi kaum yang mahu menggunakan akal” (li qaumin ya’qilun) sebagai penekanan terhadap sesuatu yang secara alami merupakan suatu kemestian untuk difikirkan dan difahaini, yaitu suatu kemestian untuk memikirkan dan memaharni semua fenomena kejadian dan alam raya ini dengan bebas.
2. Ayat-ayat al-Qur’an yang ditujukan khusus kepada para Uli al-bab, intellektual, dan mereka yang memiliki kemampuan berfikir secara sempurna. Orang-orang ini disebut dalam al-Qur ‘an sebanyak 16 kali, yang semuanya berirama pujian dan penghormatan, hal ini karena mereka menurut al-Qur’an adalah orang orang yang memiliki tingkatan yang tinggi di dalam berfikir. Diantara ayat-ayat ini adalah firman Allah yang maksudnya: “Maka adakah orang yang mengetahul bahwa Al-Qur’an yang diturunkan kepadamu dan Tuhanmu itu (wahai Muhammad) perkara yang benar, sama dengan orang yang buta matahatinya? Sesungguhnya orang-orang yang mahu memikirkan hal itu hanyalah orang-orang yang berakal sempurna (uli al-bab).” (al-Ra’d: 19).
3. Ayat-ayat yang mencela dan menghardik orang orang yang tidak mau berfikir. Untuk mencela orang-orang yang tidak berfikir dan tidak menggunakan akal al-Qur’an banyak menggunakan tanda tanya yang bersifat negatif seperti: Apakah kamu tidak menggunakan akal fikiran (afala ta’qilun)? Apakah kamu tidak berfikir (afala tatafakkarun?) Apakah kamu tidak melihat (afala tubsirun)? Apakah kamu tidak ingat (afala tadzakkarun)? Apakah mereka tidak mendalaini (afala tadabbarun)? Ayat-ayat yang berkaitan dengan tanda tanya ini, banyak menyuruh manusia untuk membedakan antara baik dan buruk, jahat dan mulia dan untuk menimbang dan meinilih antara kelezatan kehidupan dunia dan akhirat kelak. Seperti firman Allah yang maksudnya: “Jijik perasaanku terhadap kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah! Maka mengapa kamu tidak mau menggunakan akal fikiran kamu?” (al-Anbiya’: 67). Dalarn banyak ayat Allah mensifatkan orang-orang yang tidak berfikir sama dengan binatang dan bahkan lebih hina daripada binatang, hal ini karena binatang memang sama sekali tidak memiliki kemampuan untuk berfikir, sedangkan manusia sudah diberi alat untuk berfikir namun mereka tidak menggunakannya dengan sempurna. Kasus ini dapat dilihat dalam firman Allah: “Sesungguhnya sejahat-jahat makhluk yang melata, pada sisi (hukum dan ketetapan) Allah, ialah orang-orang yang pekak lagi bisu, yang tidak mahu memahaini sesuatupun (dengan akal fikirannya).” (al-Anfâl: 22), dapat juga dilihat dalam Surat al-Furqan: 44.
4. Ayat-ayat yang berkaitan dengan kewajiban manusia untuk melihat, meneliti, mengingat, memahami yang semuanya merupakan proses berfikir yang bebas yang tidak terikat, terhadap semua fenomena wujud dan kehidupan, yang dibahasakan oleh al-Quran dalam berbagai istilah seperti berikut:
a) Kata-kata yang berasal dan fa-ka-ra yang berarti berfikir terdapat dalam 16 ayat. Semua ayat-ayat ini menyerukan manusia untuk berfikir tentang semua fenomena wujud, baik alam raya maupun diri manusia sendiri, deinikian juga tentang dalil-dalil tauhid dan kebenaran risalah Nabi Muhammad. Di antara ayat-ayat tersebut adalah firman Allah yang maksudnya: “Dan Dia menundukkan untukmu apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi semuanya, (sebagai rahmat) dan pada Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berfikir ” (al-Jathiyah: 13). Kata ‘berfikir’ dalam ayat ini merupakan hal yang sangat penting, dimana kalau Allah telah menghamparkan dan menundukkan untuk manusia alam raya ini maka pada saat yang sama manusia tidak boleh bersikap acuh dan pasif tapi harus mengambil posisi aktif dan dinamis. Kedinamisan ini diwujudkan dalarn bentuk mentelaah, eksperimen dan kemampuan memanfaatkan alam bagi kebaikan kehidupan umat manusia. Pengendalian dan pemanfaatan segala apa yang terhampar di alam raya ini harus dengan studi dan penelitian. Pandangan yang sedemikian ini terhadap objek; alan raya, langit dan bumi akan dapat meningkatkan kehidupan material, dan dalam waktu yang sama dapat meningkatkan kehidupan spiritual, seperti apa yang ditegaskan oleh al-Qur’an: “Kami akan memperhatikan kepada mereka tanda-tanda kekuasaan Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahawa al-Qur’an itu adalah benar.” (al-Fusilat: 53).
b) Kata-kata yang berasal dan na-dla-ra yang maknanya melihat terdapat dalam 129 ayat, ada yang bermakna melihat dengan mata secara biasa, tapi secara umum memberi makna melihat dengan akal fikiran, seperti: “(Setelah mengetahui yang demikian), maka hendaklah manusia melihat (memikirkan): dan apa ja diciptakan.” (al-Tariq: 5). Ayat yang sama dapat di jumpai di Surat ‘Abasa: 24, al-A’raf: 185.
c) Kata-kata yang berasal dan ba-sha-ra yang secara bahasa bermakna melihat dengan mata di dalam al-Qur’an bermaksud meneliti dan menggunakan akal secara rasional terhadap semua fenomena kehidupan yang tampak secara empirik di depan mata. Dalam Surat al-A’raf: 179, Allah berfirman yang maksudnya: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk neraka jahanam banyak dari jin dan manusia yang mempunyai hati (tetapi) tidak mau memahami dengannya (ayat-ayat Allah), dan yang mempunyai mata (tetapi) tidak mau melihat dengannya (bukti keesaan Allah) dan yang mempunyai telinga (tetapi) tidak mau mendengar dengannya (ajaran dan nasihat); mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi; mereka itulah orang-orang yang lalai.” Yang dimaksud oleh ayat ini adalah orang-orang yang tidak menggunakan indera mereka sebagai proses memahami dengan baik dan betul-betul semua fenomena alan raya ini sebagai tanda kebesaran Allah. Ayat-ayat yang semacam ini dapat juga di jumpai di al-Dzariyat:21, al-Sajdah: 28.
d). Kata-kata yang berasal dan dab-ba-ra yang secara bahasa bermakna memahami, terdapat dalam 4 ayat yang semuanya berkaitan dengan pemahaman terhadap al-Quran, yang memberi perintah terhadap kita untuk memahami dengan teliti dan meinikirkan rahasia-rahasia dan keajaiban kandungan wahyu Ilahi, seperti: “(Al-Quran ini) sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu (dan umatmu wahai Muhammad), -Kitab yang banyak faedah-faedah dan manfaatnya, untuk mereka memahami dengan teliti kandungan ayat-ayatnya, dan untuk orang-orang yang berakal sempurna beringat mengambil iktibar.” (Shad: 29). Ayat yang lainnya terdapat dalam Surat al-Nisâ’: 82, al-Mu’minun: 68 dan Surat Muhammad: 24.
e) Kata-kata fa-qi-ha di dalam al-Qur’an bermakna mendalami, seperti mendalami ilmu Syari’at, dan fa-qi-ha termasuk proses berfikir yang tinggi. Akar kata fa-qi-ha terdapat dalam 20 ayat, dan diantaranya adalah: “Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk neraka jahanam banyak dan jin dan manusia yang mempunyai hati (tetapi) tidak mau memahami (secara mendalam) dengannya (ayat-ayat Allah)…” (al-A’raf : 179).
f) Ayat-ayat yang menyerukan manusia untuk mengambil iktibar dan pelajaran baik dan peristiwa sejarah dan pengalaman kehidupan manusia maupun dan peristiwa alam, seperti firman Allah yang maksudnya: “Sesungguhnya, kisah Nabi-nabi itu mengandungi pelajaran yang mendatangkan iktibar bagi orang-orang yang mempunyai akal fikiran.” (Yûsuf: 111). Ayat-ayat yang lain terdapat dalam Surah al-Hashr: 2, Ali ‘Imrân: 13, dan Nûr: 43-44.
g) Ayat-ayat yang menyerukan manusia untuk mengingat (tadzakkur). Dalam psykologi, mengingat adalah juga merupakan proses kognitif yang penting, dan karena itulah al-Qur’an banyak mengkaitkan proses ini dengan para ulil albab (intellektual), seperti firman Allah yang maksudnya: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang-orang yang mengingati (pelajaran dan peringatan) hanyalah orang-orang yang berakal sempurna.” (al-Zumar: 9)
BERFIKIR HARUS ILMIAH, KRITIS DAN METHODOLOGIS
Selain memberikan kebebasan akal untuk melakukan tugas-tugasnya sesuai dengan kenampuan dan kekuatan yang dimiliki. Al-Qur’an memberikan banyak bukti-bukti perlunya berfikir iliniah, kritis dan metodologis. Diantara bukti-bukti itu adalah sebagai berikut:
a) Al-Quran dengan teliti dan dengan penuh tanggungjawab memaparkan pendapat-pendapat lawan, kemudian menjawabnya dengan logika yang benar dan hukum fitrah yang lurus. Al-Qur’an mencatat pandangan orang-crang Quraish, orang-orang Kafir dan orang orang Musyrik, kemudian menjawab pandangan-pandangan mereka dengan jawaban yang tepat dan memuaskan, yang didasari oleh alasan-alasan yang kuat dan rasional. Orang-orang Kafir umpananya ketika mengingkari adanya han kebangkitan dan mengatakan: “Kehidupan ini tidak lain hanyalah kehidupan di dunia saja, kita mati dan kita hidup dan tidak ada yang membinasakan kita selain masa.” Al-Qur’an memberi komen dan jawaban dalam ayat selanjutnya: “Dan mereka sekali kali tidak mempunyai pengetahuan tentang itu mereka tidak lain hanyalah menduga-duga saja.” (al-Jasyiyah: 24). Disini Qur’an membedakan antara ‘ilmu’ dan ‘spekulasi’ (dhan), mengajak penglihatan kita pada pentingnya penelitian dan pengkajian secara mendalam tentang hukum-hukum dan keputusan-keputusan dan sumbernya, yang merupakan pendidikan untuk melakukan kritik yang objektif. Al-Qur’an memperingatkan dan melarang manusia mengeluarkan idea-idea dan keputusan-keputusan yang ia sendiri tidak mengerti, sehingga tidak mengakibatkan kesalahan dan kontradiksi dengan mengatakan: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang karnu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.” (al-Isrâ’: 36). Ketika orang-orang Kafir beranggapan bahwa para Malaikat itu adalah orang-orang perempuan. Al-Qur’an menjawab spekulasi mereka itu dengan mengatakan: “Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaikat-malaikat itu? Kelak akan ditulis persaksian mereka dan mereka akan diininta memberi pertanggung jawaban.” (al-Zuhruf: 19). Al-Qur’an dalam ayat ini ingin mengatakan kepada mereka, bahawa pendapat yang kamu pegang itu kalau benar maka harus berdasarkan atas penelitian, yang merupakan salah satu sarana ilmu pengetahuan yang benar.
b) Al-Qur’an menceritakan kepada kita tentang Nabi Ibrahim as dan kaumnya, perdebatan yang terjadi antara kedua belah pihak, dan argumentasi-argumentasi rasional yang tersusun dalam metode logika yang bagus dan tepat, dan dapat menjuruskan akal kepada konklusi-konklusi yang benar dan meyakinkan, seperti apa yang dinyatakan oleh ayat di akhir cerita: “Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) dilangit dan di bumi dan (Kami perlihatkan) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin.” (al-An’am: 75).
c) Al-Qur’an memberikan contoh-contoh metode berfikir iliniah dan methodologis. Di antara metode bertikir iliniah dan metodhologis yang diperkenalkan~oleh al-Qur’an adalah sebagai berikut:
1) Metode sejarah: Terhadap sejarah, sebagai salah satu sumber pengetahuan manusia, al-Qur’an telah memperhatikan secara serius dengan membincangkan kembali keadaan dan pengalaman umat manusia di masa lalu, dan menyuruh setiap manusia untuk melihat dan menemukan hukun-hukum (sunnatullah) yang terdapat di dalam setiap peristiwa dan perubahan sejarah nanusia: “Sesungguhnya telah berlaku sebelum kamu (contoh kejadian-kejadian berdasarkan) hukum-hukum Allah yang tetap; oleh itu mengembaralah kamu di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang mendustakan (Rasul-rasul).” (Ali Imran: 137). Demikian juga Al-Qur’an telah memperhatikan pentingnya memastikan secara kritis dan objektif terhadap kebenaran setiap berita dan data-data sejarah: “Hai orang-orang yang berman, jika datang kepadamu orang Fasik membawa suatu berita maka periksalah dengan teliti.” (al-Hujurat: 6). Dan sini Al-Qur’an telah meletakkan dasar yang paling utama dalam kritik sejarah, dimana ia telah meletakkan etika penyampaian berita sebagai faktor yang paling dominan untuk menilai kandungan sebuah berita. Orang-orang Islam telah menerapkan prinsip ini dalam periwayatan hadith Nabi. Prinsip kritik yang telah diterapkan oleh para perawi hadith inilah yang kemudian menjadi prinsip dasar dalam netode penelitian sejarah.
2) Metode silogisme: Metode ini termasuk cabang ilnu mantik (logika Aristotles), yaitu metode berfikir untuk nendapatkan keputusan atau hasil dan dua premis atau mukadimah. Metode ini diisaratkan oleh al-Qur’an dalam kisah Iblis ketika menolak untuk bersujud kepada Adam: Allah berfirman:”Hai lblis! Apa yang menghalangimu daripada turut sujud kepada (Adam) yang Aku telah ciptakan dengan kekuasaan-Ku? Adakah engkau berlaku sombong takbur, ataupun engkau dan golongan yang tertinggi? Iblis menjawab: “Aku lebih baik daripadanya; Engkau (wahai Tuhanku) ciptakan daku dan api, sedang dia Engkau ciptakan dan tanah.” (Shad: 75-76). Dalam peristiwa ini Iblis membuat silogisme sebagai berikut: Saya (Iblis) diciptakan daripada api, Adam diciptakan daripada tanah (premis I). Api lebih baik daripada tanah (premis II), maka saya (Iblis) lebih baik daripada Adam (keputusan) . Karena silogisme ini Iblis menolak untuk bersujud pada Adam. Dalam silogisme, untuk nendapatkan keputusan yang benar preinis pertama dan kedua harus betul dan iliniah. Struktur silogisme yang digunakan Iblis ini memang betul tetapi tidak ilmiah, karena premis yang dia bangun bersifat subjektif dan masih dapat dipertikaikan. Bagi Iblis api lebih baik dan tanah, tapi bagi manusia tanah lebih baik dan lebih bermanfaat daripada api, dan dengan denikian dalam perspektif manusia Adam lebih baik daripada Iblis.
3) Metode qiyâs (analogical deduction): Metode ini digunakan dalan Usul Fiqh. Ayat al-Qur’an yang mengisayaratkan metode ini adalah: “…Maka Allah menimpakan (azab-Nya) kepada mereka dan arah yang tidak terlintas dalam fikiran mereka, serta dilemparkanNya perasaan cemas takut ke dalam hati mereka, (lalu) mereka membinasakan rumah-rumah mereka dengan tangan mereka sendiri (dan dalam) sambil tangan orang-orang yang berman (yang mengepung mereka berbuat deinikian dan luar). Maka ambilah iktibar wahai orang-orang yang berakal fikiran.” (al-Hashr: 2). Dalam ayat ini Allah menceritakan apa yang telah terjadi pada Bani Nadhir, dimana mereka ditimpa azab yang pedih di dunia akibat dan kekafiran, pelanggaran perjanjian dan tipu muslihat nereka kepada Rasul dan Kaum Mukinin. Kemudian Allah memberi pernyataan: “..Maka ambilah iktibar wahai orang-orang yang berakal.” Maknanya wahai orang-orang yang berakal ambilah iktibar terhadap apa yang menimpa mereka dan sebab-sebab mengapa mereka ditimpa bencana tersebut, kemudi an berusahalah untuk tidak melakukan seperti apa yang telah mereka lakukan, sehingga kamu tidak ditimpa bencana seperti mereka, kamu semua adalah manusia-manusia seperti mereka, dan apa yang terjadi pada mereka boleh juga terjadi pada kamu sekalian jika terdapat alasan/ sebab (‘illah) yang sama. Qiyâs dalam Ushul Fiqh berbeda dengan Silogisme. Dalam Usul Fiqh, Qiyâs tidak harus memiliki dua premis seperti dalam Silogisme, sebagai contoh praktikal, Rasulullah menentukan: Seorang pembunuh tidak boleh menerina warisan dari orang yang dia bunuh. Secara analogi seorang pembunuh juga tidak boleh menerima bagian wasiat dan orang yang dia bunuh. Atau contoh lain, dalam al-Qur’an Allah berfirman: “Maka janganlah engkau berkata kepada mereka (kedua orang tua) sebarang perkataan kasar sekalipun perkataan “Ha” dan janganlah engkau membentak mereka, tetapi katakanlah kepada mereka perkataan yang mulia (yang bersopan santun.” (al-Isrâ’: 23). Secara analogi seseorang benar-benar dilarang untuk memarahi apalagi memukul kedua orang tuanya.
4) Metode induksi: Induksi adalah metode berfikir untuk mendapatkan kesimpulan dan hukum tertentu dan hal atau fenomena yang umum. Metode ini adalah metode empirik yang menumpukan pada penelitian secara mendalam dan terus-menerus terhadap suatu objek untuk mendapatkan kaedah-kaedah atau hukum-hukum tertentu. Dalam al-Qur’an proses ini diawali dengan penelitian terhadap bagian-bagian dan alan raya ini: “Katakanlah (wahai Muhammad): “Perhatikan dan fikirkanlah apa yang ada di langit dan di buini…” (Yunus: 101). Kemudian al-Qur’an menyuruh manusia untuk meneliti esensi, element dan bagaimana suatu objek itu dicipta: Tidakkah mereka memperhatikan keadaan unta bagaimana ia diciptakan? Dan keadaan langit bagainana ia ditinggikan binaannya.? Dan keadaan gunung-ganang bagaimana ia ditegakkan? Dan keadaan bumi bagaimana ia dihamparkan? (al-Ghâsyiyah: 17-20). Al-Qur’an kemudian mengajarkan manusia untuk mengkaji dan meneliti secara mendalam tentang hubungan dan pengaruh suatu objek terhadap objek yang lain, seperti dalam fenomena dan sebab-sebab terjadinya hujan, al-Qur’an nengatakan: “Dan Dialah (Allah) yang menghantarkan angin sebagai pembawa berita yang mengembirakan sebelum kedatangan rahmatnya (yaitu hujan), hingga apabila angin itu membawa awan mendung, Kami halaukan dia ke negeri yang mati (ke daerah yang kering kontang), lalu Kami turunkan hujan dengan awan itu, kemudian Kami keluarkan dengan air hujan itu berbagai-bagai jenis buah-buahan.” (al-A’râf: 57). Dan proses-proses inilah kemudian manusia dapat menyingkap kaidah-kaedah, hukum-hukum dan teori-teori tertentu tentang alam.
5) Metode argumentasi dengan definisi: al-Qur’an mendefinisikan dengan jelas dan rasional tentang Allah, tentang manusia, tentang khamar dan lain-lain. Sebagai contoh al-Qur’an mendefinisikan Allah dengan mengungkapkan sitat-sifat dan kekuasaanNya: “Sesungguhnya Allah adalah Dia yang membelah (menumbuhkan) butir (tumbuh-tumbuhan) dan biji (buah-buahan). Ia mengeluarkan yang hidup dan yang mati, dan mengeluarkan yang mati dan yang hidup. Yang sedemikian itu kekuasaannya ialah Allah. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan dan menyembahNya (oleh benda-benda yang kamu jadikan sekutu-Nya)? Allah jualah Yang membelah cahaya subuh (yang menyingsingkan fajar), dan yang menjadikan malam untuk tinggal berehat, dan menjadikan matahari dan bulan untuk mengira waktu (menurut peredarannya). Yang demikian itu adalah kuasa penentuan Allah Yang Maha Kuasa, lagi Maha Mengetahui.” (al-An’am: 95-96).


6) Metode perbandingan: Al-Qur’an banyak menggunakan metode ini, dengan maksud membandingkan antara hak dan batil, baik dan buruk, cahaya dan kegelapan, antara yang celik dan yang buta, dan antara Tuhan yang patut disembah dan yang tidak.: “Adakah Allah yang menciptakan senuanya itu sama seperti makhluk-makhluk yang tidak menciptakan sesuatu?” (al-Nahl: 17), “Bertanyalah lagi: “Adakah sama, orang yang buta dengan orang yang celik? Atau adakah sama, gelap-gelita dengan terang? …” (al-Ra’d: 16). Wallahu a’lam.

penasaran???......
Category: 1 komentar

Spongebob Squarepants-The Final Sponge Down



penasaran???......
Category: 2 komentar

Jauhkan Rumahmu Menjadi Nerakamu

Rumah yang barakah,  mengantarkan penghuninya meraih kebahagiaan di dunia  dan keselamatan di akhirat
Oleh: Ust. Shalih Hasyim*


Hidayatullah.com--RUMAH dalam istilah bahasa Arab disebut ‘sakan’. Tempat yang menenangkan pikiran dan hati penghuninya. Tempat untuk membaringkan badan, dari kepenatan kehidupan. Tempat untuk mengurai kerumitan kehidupan yang dihadapi di luar. Tempat berlabuh secara lahir dan batin. Tempat untuk beristirahat, menyusun kekuatan baru. Bukan sebatas adress (alamat resmi) atau home (tempat tinggal atau tempat perlindungan).


Rumah merupakan padang jiwa yang luas dan nyaman. Tempat menumpahkan sisi kepolosan dan kekanak-kanakan kita untuk bermain dengan lugu dan merdeka. Saat kita melepaskan kelemahan-kelemahan kita dengan aman. Saat kita merasa bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa. Saat kita menjadi bocah besar, berkumis. Di telaga kedalamannya kita menyedot energi spiritual dan ketajaman emosional. Tetapi, pada saat yang sama di sana kita menyiapkan pahlawan untuk memenuhi panggilan zamannya.

Seorang ideolog ormas Islam terbesar di dunia, Syaikh Said Hawa mengatakan: “Sesungguhnya zaman kita ini didominasi dan terhegemoni syahwat (kecintaan kepada hawa nafsu) dan syubhat (salah paham terhadap kebenaran), serta ghoflah (melalaikan misi kehidupan). Benteng terakhir untuk mempertahankan iman, ibadah, dan akhlak, adalah rumah dan masjid.”

Dari statemen yang bijak di atas dipahami bahwa rumah yang berkualitas memiliki sumbangan yang terbesar dalam mengantarkan penduduk dunia meraih kebahagiaan di dunia  dan keselamatan di akhirat. Sebaliknya, rumah yang bermasalah akan melahirkan prahara kehidupan. Rumah yang semula menjadi tumpuhan harapan kebahagiaan penghuninya, berubah menjadi sumber malapetaka, ketika ia dibangun dari sumber yang tidak halal. Misalnya; rumah didirikan berasal dari hasil korupsi, kolusi, dan nepoteisme (KKN).

Rumah menjadi lubang kehancuran reputasi pemiliknya, ketika rumah itu hanya menonjolkan asesoris dan atribut kemegahan, tetapi tidak ada ruang untuk membangun sandaran spiritual, tempat untuk berbagi (sharing), tempat untuk saling memberi dan menerima. Bukan tempat untuk mengambil, menuntut, pantang berkurban. Bahkan kalau perlu mengurbankan kepentingan bangsa dan negara untuk memperkaya diri dan mempertahankan status quo. Dalam keadaan demikan, rumah yang sejatinya menjadi taman surga, berubah menjadi lubang neraka. Sehingga tampak sunyi, sempit, dan senyap, bagaikan kuburan. Rumahmu laksana nerakamu.

Apalah arti bangunan yang menjulang tinggi, tata letak yang indah dan strategis, taman yang tertata rapi, halaman yang luas, panorama lampu yang terang, pohon yang rindang, jika pemiliknya berjiwa kerdil, mementingkan diri sendiri (ananiyah, egois). Sehingga pintu pikiran, hati pemiliknya, serta pintu rumahnya tidak ada ruang yang terbuka untuk bersinergi dengan tetangga dan kerabat. Jika orang-orang yang terdekat di rumah itu tidak mencintainya, mustahil bisa membangun komunikasi dengan lingkungan sosial yang lebih luas.
َمَثَلُ الَّذِينَ اتَّخَذُوا مِن دُونِ اللَّهِ أَوْلِيَاء كَمَثَلِ الْعَنكَبُوتِ اتَّخَذَتْ بَيْتًا وَإِنَّ أَوْهَنَ الْبُيُوتِ لَبَيْتُ الْعَنكَبُوتِ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ

“Perumpamaan orang-orang yang mengambil pelindung-pelindung selain Allah adalah seperti laba-laba yang membuat rumah. dan sesungguhnya rumah yang paling lemah adalah rumah laba-laba kalau mereka mengetahui.” (QS. Al Ankabut (29) : 41).

Dalam koran Suara Merdeka (edisi Minggu Kliwon, 28 Maret 2010), rubrik Parodi (lakon yang mengandung sindiran) oleh Prie GS, menjelaskan prahara rumah. Rumah yang semula tempat kembali, dikosongkan karena mengalami disfungsi. Para kuli tinta mengerumuninya bukan untuk mengaguminya, tetapi untuk dijadikan alat bukti kejahatan yang dilakukan oleh pemiliknya.

Orang-orang berbondong-bondong mendatanginya bukan untuk memberikan acungan jempol, memujinya, tetapi mencerca dan mengutuknya. Rumah yang seharusnya menjadi sumber barakah (tambahan kebaikan) bagi siapa saja yang pernah menghampirinya, berubah menjadi laknat (dijauhkan dari kebaikan). Rumah yang asri secara lahiriyah, tetapi sempit secara non-fisik. Setiap orang yang melihatnya mencibirkannya. Khalayak ramai mendatanginya bukan untuk bertamu, tetapi menggerutu.

Seluruh keindahan bangunannya, air mancur, kebun bunga, megahnya bangunan, luasnya halaman, bertingkat, bukan menjadi contoh dan gambaran rumah yang ideal. Tetapi rumah itu akhirnya menjadi rumah kutukan, rumah cibiran, rumah cercaan, rumah yang mengalami krisis makna.

Layakkah untuk Dihuni?


Apakah rumah cibiran itu layak untuk dijadikan tempat untuk bernaung dan berteduh? Sudah tentu, tidak. Kini, rumah itu kosong dari gambaran sakinah (ketenangan), mawaddah (kecintaan), dan rahmah (kasih sayang). Padahal ketiga suasana itulah yang sangat diperlukan untuk perkembangan fisik dan psikologi anak sebagai buah membangun rumah tangga.

Rumah yang kosong dari nilai-nilai religius, menelorkan penghuni yang jiwanya retak-retak, jiwanya terbelah (split personality). Manusia yang sehat secara fisik, tetapi ruhaninya menjerit kesakitan. Manusia yang cerdas otaknya, tetapi lemah imannya. Manusia yang tidak seimbang antara ikhtiar dan doa, tidak seimbang antara kekuatan tubuh dengan kekuatan ruhiyah, tidak paralel antara fikir dan zikir. Rumah yang dihuni oleh manusia yang terasing dari lingkungan sosial yang ramai.

Sebaik-baik rumah adalah dibangun dengan etos memberi. Memberi sapaan, senyuman, salam, kepada siapa saja yang melewatinya (afsyus salam). Bangunan pisik dan spiritualnya terjaga karena penghuninya senang mengantarkan makanan untuk tetangga yang telah mencium aroma masakannya (ath’imuth tho’am). Itulah sebabnya mengapa pagar mengkok sering disebut lebih kokoh dari pagar tembok. Rumah didesain secara terbuka untuk menjalin silaturrahim. Rumah yang di dalamnya dibangun untuk tempat membaca kalam ilahi. Untuk mengokohkan sandaran spiritual penghuninya.
وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَى فِي بُيُوتِكُنَّ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًا
“(Wahai kaum wanita), ingatlah ayat-ayat Allah dan al-hikmah yang dibacakan di rumah-rumah kamu, sesungguhnya Allah Maha Penyayang dan Maha Mengetahui.” (QS. Al Ahzab (33) : 34).
Keluarga yang menuruti ego, ananiyah, dan keinginan sepihak, hubungan batin anak dengan kedua orangtuanya terputus, semua anggota keluarganya bersatu hanya lantaran bertempat tinggal sama, adress resmi (formalitas). Komunitas seperti itu akan membuat lobang kehancurannya sendiri. Sekalipun secara lahir masih serba mentereng, wah.

Hal ini karena faham materialisme, tidak mengakui tuntutan fithrah manusia dan harkat martabatnya.  Manusia dipersepsikan sebagai mesin (sekrup-sekrup) produksi, dan nilainya dengan standar (ukuran)  manhours --hasil kerja seseorang dihitung dalam satu jam. Tampak di sini keutuhan berkeluarga tertindas, sehingga hancur pula sendi-sendi berbangsa dan bernegara (‘imadul bilad).

Banyak di kalangan aktivis pergerakan Islam – secara tidak sadar – terkontaminasi paham ekstrim komunal RRC. Kaum bapak dimasukkan bangsal-bangsal khusus, dan anak-anak yang belum dewasa dimasukkan pula dalam bangsal-bangsal penitipan anak dan menjadi milik negara. Semua itu atas nama  meningkatkan  income, karier, dan produktivitas.

Bila kegiatan suami dan isteri bertepatan, pasangan ini bisa mengatur jadual pertemuan. Kehidupan keluarga berjalan secara sehat, normal, dan wajar. Tetapi, jika kesibukan keduanya berbeda, maka pertemuan hanya bisa dilakukan via teknologi komunikasi. Pertemuan yang kering, dan terjadilah kegersangan spiritual.

Jika penghuni rumah lebih yakin dengan kekuatan mengambil, meminta ketimbang memberi, maka memintalah terus. Bila perlu mencurilah. Kuraslah uang negara sekehendak perutmu. Bangunlah yang bukan milikmu itu untuk membangun istana pribadimu. Manfaatkanlah wewenang yang berada di genggaman tanganmu untuk mengumpulkan kekayaanmu, hatta tujuh turunan sekalipun. Tetapi, percayalah apa yang engkau bangun selama ini tidak berarti apa-apa, kecuali akan diminta kembali secara paksa, dengan cara yang tidak pernah engkau duga.

Penulis teringat ketika acara muwada’ah di pesantren dahulu. Pak Kiai mengutip sastra Arab:  “Apabila engkau membawa keranda mayat ke kuburan, ingatlah suatu saat engkau akan digotong. Dan apabila engkau diserahi sebuah urusan kaum, ingatlah suatu saat engkau akan dimakzulkan (dilengserkan).”

Betapa sakitnya, kita tidak bisa menikmati dan memaknai apa yang kita kumpulkan dengan susah payah.

penasaran???......
Category: 0 komentar

Belajar Berhusnudzan Terhadap Allah

Kegagalan seharusnya justru kita persepsikan sebagai modal yang harus kita bayar untuk meraih sukses

Oleh: Shalih Hasyim*
KISAH ini terjadi pada tahun 1950. Seorang pemimpin suatu fraksi di parlemen RI, semua keluarganya tinggal di Bandung. Untuk kelancaran tugas dan menempatkan pada lingkungan sosial yang kundusif bagi pendidikan anak-anaknya, ia memilih tinggal sendiri di rumah dinas Jakarta. Setiap Sabtu sore, ia pulang ke Bandung dan kembali lagi ke Jakarta pada hari Senin berikutnya.


Pada Sabtu sore –sebagaimana biasa– beliau bermaksud pulang ke Bandung dengan menumpang pesawat Dakota. Pesawat andalan anggota DPR Pusat pada era Orde Lama (Orla). Beliau telah membeli tiket pesawat, tetapi setibanya di Bandara Kemayoran, tiba-tiba ditegur oleh mahasiswi yang belum beliau kenal sebelumnya. Pemudi itu menjelaskan bahwa ia baru saja menyelesaikan ujian akhir di salah satu Perguruan Tinggi Negeri di Jakarta, dia ingin segera pulang ke Bandung karena pada Sabtu malam akan melaksanakan akad nikah, tetapi saat itu ia kehabisan tiket pesawat. Dengan sangat terpaksa ia memohon dengan hormat kepada anggota Legislatif –sebagai orang yang sama-sama berasal dari Bandung– agar berkenan membantunya dengan memberikan tiket beliau itu kepadanya dengan diganti uang – supaya bisa melangsungkan ijab qabul dan pesta pernikahannya sesuai rencana.

Anggota parlemen itu tertegun sejenak. Beliau sadar bahwa hari Sabtu adalah kesempatan sekali seminggu untuk menjenguk dan berbagi (sharing) dengan keluarganya di Bandung, sementara itu beliau bisa merasakan betapa kesulitan yang dihadapi oleh gadis seusia putrinya itu. Seandainya putrinya sendiri mengalami peristiwa serupa, ia juga mengharapkan pertolongan yang sama. Akhirnya, dengan terpaksa, beliau memutuskan untuk menunda kepulangannya ke Bandung dan menyerahkan tiket pesawat kepada gadis tersebut.

Betapa bahagianya si gadis tak dikenal itu. Ia sebentar lagi akan merasakan peristiwa yang paling berkesan dalam kehidupan. Bersanding dengan kekasih, si belahan hati tanpa hambatan berarti. Ia mengatakan kepada sang bapak pejabat tadi, “Terima kasih, semoga Allah Swt membalas budi baik Bapak dengan kebaikan yang banyak. Jazakumullahu Khairan katsiran,” ujarnya. Meski agak sedikit masgul dan kecewa beliau pulang kembali ke rumah dinas di Jakarta.

Beberapa saat kemudian beliau duduk termenung di ruang depan rumah dinas seorang diri. Dalam hati beliau muncul sedikit sesal karena membayangkan kecemasan yang dialami keluarganya di Bandung. Melepaskan perasaan rindu dengan semua anggota keluarganya terhambat. Di saat bayangan kekecewaan berkecamuk dalam perasaannya, beliau tersentak dengan adanya berita yang tidak sengaja didengar dari radio RRI Jakarta yang mengabarkan bahwa pesawat terbang yang akan ditumpanginya tadi mengalami kecelakaan. Semua awak dan penumpangnya tewas seketika. “Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un.” (Sesungguhnya kita milik Allah Swt dan sesungguhnya kepada-Nya kita kembali).

Entah, perasaan apa yang dirasakan dalam dadanya. Di satu sisi ia bersyukur karena batal pergi. Di sisi lain, ia sedih mengingat nasib gadis yang menggantikan tempat duduknya dalam pesawat naas tersebut. Ia baru percaya akan takdir Allah. Rupanya gadis yang bersikeras hati mengganti tiket beliau sekedar untuk menemukan suratan takdir dari Allah swt.  “Astaghfirullah,” (aku mohon ampun kepada Allah), sahutnya berulang-ulang.

Ridho dengan yang Tidak Kita Suka

Jika direnungkan secara lebih cermat, berbagai peristiwa kehidupan ini, sesungguhnya terjadi di luar rencana kita. Kehidupan ini dengan berbagai dinamika dan fluktuasinya merupakan rahasia Tuhan. Karakteristik kehidupan ini terus berputar mentaati kekuatan fitri, laksana roda pedati dan timbul-tenggelam dan muncul-hilang. Ada peristiwa yang semula kita persepsikan sebagai kesedihan, kepahitan, kegetiran, tetapi didalamnya mengandung kebijaksanaan Tuhan (hikmah).

Pepatah bahasa Arab mengatakan: “Ad Dunya mazra’tul ilm” (dunia adalah ladang ilmu pengetahuan). Romantika kehidupan sesungguhnya menyimpan berbagai pelajaran (madrastul hayah).

Ahli sastra Mesir Ahmad Syauqi Bek mengatakan: “Engkau dilahirkan ibumu dalam keadaan menangis (membayangkan carut marutnya kehidupan), sedangkan orang-orang di sekelilingmu tertawa (karena kedatangan anggota keluarga baru yang diharapkan membantu (mewarisi) tugas-tugas kehidupan..”

Seringkali kita tidak menginginkan sesuatu, namun di baliknya membawa keberuntungan. Menyakitkan memang, sesuatu yang tidak dihendaki terjadi pada diri kita. Tetapi, di antara yang mengantarkan kita ke surga adalah menerima dengan ridho keadaan yang tidak kita sukai. Karena, tiada kebahagiaan sejati melebihi dari kenikmatan di balik musibah. Uang gaji yang kita terima secara rutin dengan jumlah yang sudah kita ketahui, berbeda rasanya dengan uang yang kita peroleh secara tiba-tiba, ndilalah kersane Allah (terjadi karena kekuasaan Allah), sebagai efek dari amal saleh yang kita lakukan dengan keikhlasan.

Dalam pengalaman kehidupan sehari-hari, betapa banyak karunia Tuhan yang dianugerahkan kepada kita dengan bungkus yang tidak menyenangkan, tetapi di cela-celanya mengandung kebijaksanaan, kasih sayang Allah Swt. Blessing in Disguis (kebaikan terselubung) pepatah Bahasa Inggris, ini menunjukkan keterbatasan kita dalam memandang dan merancang masa depan. Kita lemah dalam membaca dan mengungkap misteri atau rahasia kehidupan di dunia ini. Di atas kita ada tangan-tangan ghaib yang bekerja secara canggih dengan perencanaan yang matang.

Oleh karena itu agama membimbing kita dengan salah satu ajarannya, konsep husnudz dzon (positif thingking) terhadap Tuhan pada setiap peristiwa yang terjadi. Allah Swt memiliki segala sifat kesempurnaan, kemuliaan dan jauh dari segala sifat kekurangan. Allah Swt bisa saja menghendaki sesuatu dan tidak menginginkan sesuatu, sesuai dengan keluasan ilmu-Nya.

Yakinlah bahwa Allah Swt itu bersifat rahman dan rahim. Semua surat dalam Al-Quran dimulai dengan ‘bismillahirrahmanirrahim’, sebagai indikasi sifat yang paling menonjol dalam diri-Nya adalah kasih dan sayang. Dia tidak menurunkan bencana kepada individu, suatu umat, secara kebetulan, tanpa berjalan sesuai dengan hukum sebab akibat (kausalitas) dalam sunnatullah (hukum sosial).

Normal 0 false false false MicrosoftInternetExplorer4 /* Style Definitions */ table.MsoNormalTable {mso-style-name:"Table Normal"; mso-tstyle-rowband-size:0; mso-tstyle-colband-size:0; mso-style-noshow:yes; mso-style-parent:""; mso-padding-alt:0in 5.4pt 0in 5.4pt; mso-para-margin:0in; mso-para-margin-bottom:.0001pt; mso-pagination:widow-orphan; font-size:10.0pt; font-family:"Times New Roman"; mso-ansi-language:#0400; mso-fareast-language:#0400; mso-bidi-language:#0400;}
وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ

“Tidaklah Tuhanmu menghancurkan negeri secara semena-mena sedangkan penduduknya adalah orang-orang yang berbuat baik.”
(QS. Hud (11) : 117).

Dengan berbaik sangka kepada Tuhan, kepahitan, bencana, penderitaan, tekanan dan tantangan kehidupan, tidak membuat kita rapuh, stagnasi, berputus asa, kehilangan pegangan. Kegagalan, ketidakmapanan, justru kita persepsikan sebagai modal yang harus kita bayar untuk meraih sukses. Pepatah bahasa arab mengatakan: “Likulli mushibati fawaaidu.” (setiap bencana mengandung banyak manfaat).

Prasangka Baik

Cobalah direnungkan sejenak. Seandainya peristiwa naas pesawat terbang – yang akan membawanya, tidak beliau ketahui lewat berita tadi – apakah beliau akan menyadari kasih sayang Tuhan yang telah menghindarkannya dari malapetaka dan musibah dengan diurungkannya keberangkatannya itu? Kemungkinan besar tidak. Mungkin beliau akan tetap menyesal karena tidak dapat memenuhi kewajiban beliau terhadap keluarga.

Tetapi, setelah mengetahui semua kejadian itu berjalan sesuai dengan rencana suratan takdir-Nya, yang melepaskannya dari kematian, barulah beliau menyadari betapa nikmat, rahmat, keadilan dan kasih sayang Tuhan, yang terkandung di balik musibah. Setelah kejadian itu, ia telah meningkat menjadi manusia yang pandai bersyukur dan selalu memohon ampun atas sikap negative thinking (su’udzan) kepada Allah Swt selama ini.

Ajaran positive thinking kepada Allah swt yang dipahami, dihayati dan diamalkan seseorang, akan memiliki kecerdasan emosional (wujdaniyyah), perasaan (syu’uriyyah), spiritual (ruhiyyah) dalam memandang naik turunnya kehidupan.

Setiap menemukan hambatan, segera ia cari hikmahnya. Ia pandai mengambil pelajaran, yang bisa menambah kekayaan jiwa, memperkuat sandaran vertikal, memperkokoh stamina ruhani, sebagai aset (bekal) untuk meneruskan berbagai usaha menuju kesuksesan yang lebih besar dan selalu melibatkan-Nya.

Ketika orang lain tidak melihat secercah harapan, bagi orang yang melihat kejadian kehidupan dengan kacamata bening selalu terngiang-ngiang di dalam telinga batinnya akan janji Allah Swt. “Ingatlah, pertolongan Allah itu dekat.” (QS. Al Baqarah (2) : 214). “Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al Insyirah : 6).

Ayat Allah di atas menjelaskan kesulitan dengan isim ma’rifat (definitif) “al ‘usr”, sedangkan kemudahan memakai isim nakirah (infinitif) “yusr”, ini menunjukkan sesungguhnya setelah kesulitan yang sedikit itu akan ditemukan berbagai kemudahan.

Pesan penting berbaik sangka kepada Allah Swt sejatinya membangkitkan kelemahan jiwa, menyalakan spirit batin, menggerakkan potensi lahir dan batin kemudian dikerahkannya menuju kebangkitan kejiwaan. Dengan berbagai musibah yang melilit bangsa kita (udara, laut dan daratan), selayaknya menyadarkan kita untuk selalu intropeksi diri, dan meyakinkan diri kita sesungguhnya badai itu akan berlalu. Bencana adalah tangga yang mesti dilewati untuk mensucikan (tazkiyah), mendidik (tarbiyah), memandu (ta’lim), dan mendongkrak (tarqiyah) kualitas sikap mental dalam skala kehidupan individu, keluarga, masyarakat dan bangsa.

Penulis adalah kolumnis hidayatullah.com, tinggal di Kudus

penasaran???......
Category: 0 komentar

pencerahan

Semua Meninggalkanku Setelah Aku Berhijab


“Ya Allah, akhirnya dengan hijab ini aku dapat merasakan lezatnya nikmat iman.”

Hidayatullah.com-- “Tombo ati iku limo perkarane kaping pisan moco Qur'an lan maknane kaping pindo sholat wengi lakonono kaping telu wong kang sholeh,” begitu  lagu Tombo Ati nya Kiai Kanjeng yang juga ikut dirilis Opick.



Diakui atau tidak, baik atau buruknya perilaku seseorang itu, juga tergantung dengan siapa ia bergaul. Ketika sahabatnya adalah orang-orang yang memiliki akhlakul karimah (akhlak yang mulia), maka, secara tidak langsung ia telah ikut merasakan langkah sahabat-sahabatnya yang mulia. Begitu pula sebaliknya, ketika yang mejadi teman gaul itu adalah sekelompok orang yang jauh dari cahaya Allah, kita pun akan mengikuti mereka sedikit demi sedikit. Sebab itu, kita perlu mewas diri dengan siapa kita bersahabat, sehingga tidak menyesal di kemudian hari.

Mungkin, karena kecerobohan saya dalam memilih teman itulah, yang telah menjerumuskanku ke jalan yang sangat jauh dari nilai-nilai Islam.

Dua puluh tahun lalu, tahun 90-an,  mengamen di kampus-kampus, terminal-terminal, telah menjadi pilihan gaya hidupku.  Padahal, di lain pihak, orangtuaku termasuk orang yang berada (berkecukupan), untuk membiayai kuliah, kos dan sanguku. Bahkan, beliau termasuk pengurus salah satu organisasi Masyarakat Islam terbesar di Indonesia, yang mana, jam terbang dakwahnya cukup tinggi. Namun, sekali lagi, karena salah pergaulan, justru jalan setan inilah yang menjadi pijakanku, sebelum akhirnya hidayah merasuk ke dalam sanubari.

Pengalaman buruk itu bermula dari aku menjadi mahasiswi di sebuah universitas di Malang. Aku sendiri lahir dari Sidoarjo. Karena jauhnya lokasi rumah dan kampus, maka saya lebih memilih untuk mengekos di lokasi yang tidak jauh dari kampus.

Terus terang, sejatinya aku menjalani proses perkuliahan itu dengan setengah hati. Tidak ada keseriusan di dalamnya. Oleh karenanya, untuk mencari hiburan, aku mendaftarkan diri untuk masuk group theater. Di sini, meskipun tidak sering, kami kadang-kadang diundang untuk mengisi beberapa acara.

Seiring dengan terus berjalannya waktu, tumbuh keinginan untuk mengikuti profesi beberapa temanku, yaitu mengamen. Bedanya, kalau mereka mengamen untuk memenuhi biaya hidup, sedangkan aku, menjalaninya hanya untuk mencari kepuasan dan kesenangan diri semata. Gayung bersambut, ternyata teman-temanku itu sangat responsif terhadap keinginanku tersebut. Sejak itulah, karir sebagai penyanyi jalanan di mulai.

Kampus-kampus terbesar di Malang seperti; IAIN (yang kini berubah menjadi UIN), IKIP, UNIBRAW, adalah diantara target kami. Namun, tidak jarang juga kami melebarkan sayap jangkauan kami, ke daerah Batu, karena memang di sini tempat para wisatawan luar negeri, yang mana jika mereka memberi, relatif lebih besar dari pada orang-orang pribumi.

Dari hari ke hari, aku benar-benar dimabuk cinta oleh aktivitas baruku ini. bisa dibilang saat itu aku sudah ‘gila’, ‘gila’ ngamen. Bayangkan, meskipun statusku sebagai mahasiswi, namun, intensitas dalam mengamen, dan jauhnya jangkauan yang harus ditempuh, bisa dibilang, mengalah-ngalahi, mereka yang memang berprofesi sebagai pengamen sejati, sekalipun mereka itu cowok. Aku dan beberapa teman tidak lagi mengamen di kampus-kampus, namun juga sudah menuju terminal-terminal.

Disergap Satpol PP

Pernah pada suatu hari, ketika sedang asik melantunkan sebuah lagu di terminal Arjosari, Malang, kami disergap oleh Satpol PP  Karena kelihaian kami bersilat lidah, akhirnya, kami dilepaskan, “Pak, kita ini para mahasiswi yang sedang praktek lapangn, yang meneliti tentang kehidupan para pengamen,” jelas kami waktu itu yang langsung dipercayai. Tapi pengalaman itu rupanya tak pernah menyurutkan ku menghentikan kebiasaan gila ini.

Tak puas hanya berkutat di daerah Malang saja, akhirnya kami beranikan diri untuk memperluas daerah jangkauan. Tidak tanggung-tanggung, daerah yang kami tuju adalah Lumajang, bahkan, karena saking kuatnya tekat untuk mengamen, kami berani mengamen hingga ke Madura, Banyuwangi, bahkan Bali sekali pun. (Astaghfirullaha ‘Adziim, semoga Allah mengampuni masa laluku).

Aktivitas yang demikian ini, terus aku jalani hingga aku duduk di semester enam. Meskipun demikian liarnya pergaulanku saat itu, orang tuaku tidak pernah mengetahuinya. Dan Alhamdulillah-nya, meskipun tidak terlalu baik, setiap kali ujian semester, aku selalu lulus. –mungkin- hal inilah, yang membuat orang tuaku tidak curiga dengan aktivitas saya. Tapi memang di balik itu semua, terlihat keinginan mereka agar aku bisa memperbaiki kostum pakaianku. Memang pada saat itu, baju yang ketat dengan bawahan seperti jeans, menjadi pakaian favoritku. Ditambah lagi dengan rambut yang terurai bebas.

Datangnya Hidayah


Senikmat apapun hidup di tengah kegelapan cahaya Allah, tetaplah itu semua kenikmatan semu, yang tidak akan pernah mencapai kenikmatan hakiki yang mengarah kepada ketenangan jiwa, dan kesejukan hati. Semakin hawa nafsu itu dituruti, sejatinya jiwa ini semakin haus, rindu akan siraman ketenangan. Namun, karena hawa nafsu begitu dominan, yang terjadi hanyalah pengingkaran, pengingkaran jeritan hati. Sehingga, meskipun ia terluka, mulut masih bisah tetap tertawa dengan sumringahnya.

Begitu pula dengan diriku. Sejatinya hatiku menjerit, mengakui kekeliruan jalur yang aku pilih. Hingga terjadilah suatu pristiwa, yang cukup menggugah diriku, yang kemudian menjadi titik awal kembalinya saya ke fithrah Ilahiyah.

Hari itu (akhir dari tahun 1993), tersebutlah salah satu teman kosku yang baru saja menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan (PKL). Pada dasarnya, ia juga termasuk tipe orang yang kurang memperhatikan hijab, termasuk aurat (jilbab). Tapi, karena tempat PKL-nya di sekolah Muhammadiyah, maka ia pun “terpaksa” menggunakan hijab tersebut. Di tengah-tengah ia merapihkan pakaiannya, saya tertegun melihat jilbab yang sedang ia lipat. Seketika itu saya memberanikan diri untuk memintanya, “Mbak, jilbabnya saya ambil aja yah,” ujarku kala itu. “Untuk apa?” timbalnya “Ya, mungkin suatu hari nanti aku akan memakainya. Sekalian buat kenang-kenangan. Mbak kan sudah mau selesai kuliahnya,” ujarku. Akhirnya jilbab itu ia berikan juga.

Setelah ia menyerahkan jilbab itu, saya langsung menjoba mengenakannya. “Wah mbak  cantik juga kalau pakek jilbab,” ujar beberapa teman mengomentari ulahku. Ada rasa nyesss, tatkala aku bercermin dan melihat penampilanku berjilbab saat itu. Sepertinya setes embun telah membasahi hatiku. Rasanya sejuk sekali. Maka mulailah aku berfikir untuk menggunakan jilbab.

Meski demikian, masih terngiang dengan jelas di benakku, bagimana reaksi kedua orangtuaku nanti? Diam-diam aku pulang dengan penampilan baru, berjilbab. Tapi tetap saja, itu hanya bagian atas. Sebab, pakaian bawah,  masih standar jahiliyah, menggunakan jeans.

“Nah, beginilah nak seharusnya seorang muslimah berbusana,” puji orangtuaku dalam raut wajah cukup kaget dan linangan air mata. Mungkin karena suka nya, mereka mengajakku memborong pakaiaan muslimah. Alhamdulillah, sejak saat itu, tekad ku menggunakan jilbab semakin kuat.

Terror dari Segala Penjuru

Namun, perjalanan ini rupanya tak semulus yang aku kira. Yang ada justru jalan terjal, lagi berbatuan. Akan tetapi, justru jalan yang demikian inilah, yang kemudian hari akan menghantarkan seseorang merasakan manisnya perjuangan, indahnya keimanan.

Setibanya di kampus  aku diselimuti keraguan untuk menggunakan jilbab. Penyebabnya, tentusaja mempertimbangkan reaksi teman-temanku, yang sepertinya mereka fobia  terhadap jilbab. Maka, untuk menghindari itu semua, aku pun  ‘kucing-kucingan’ bersama mereka.

Kalau kuliah malam hari, saya mengenakan jilbab, kalau siang, akupun melucutinya alias bongkar-pasang. Pekerjaan ini berjalan hingga lima bulan. Tapi, lama-kelamaan, aku sendiri tidak kuat dengan permainan ini. Sebab itu, aku beranikan diri untuk berkata jujur kepada mereka, bahwa aku ada aku yang sudah dengan penampilan baru.

Apa yang saya kuatirkan sebelumnya benar-benar terjadi. Teman-temanku mencemooh dan mengkerdilkanku, “Apa kamu ingin menjadi pocong dengan  pakai jilbab!”. “Kalau kamu pakai jilbab, kamu tidak akan bebas.Kamu akan selalu terkekang,”  ujar yang lain. Semua itu, sangat mengiris-iris hatiku.

Tidak cukup dengan omongan saja mereka berperilaku buruk (yang sebelumnya sangat-sangat akrab), mereka juga dengan serempak menjauhiku. Seorang memboikot penampilanku, mereka hilang satu-persatu. Jadilah aku “sebatang kara”. Melihat kondisi kampus yang tidak kondusif ini, saya bermusyawarah dengan orangtua mengenai permasalahanku. Akhirnya diputuskan,  pulang-pergi sebagai alternatifnya, sekalipun itu sangat jauh Malang-Sidoarjo.

Ternyata harapan untuk menggunakan hijab dengan mudah di rumah sendiri, tidak semudah membalik telapak tangan. Di sini pun aku dikucilkan oleh beberapa saudara.

“Perilaku masih kayak gitu kok pakai jilbab.”

“Nanti saja makai jilbabnya. Kamu itu masih belum menikah. Entar gak laku melihat penampilanmu yang aneh ini,” ujar sebagian dari mereka.

Akan tetapi, sebesar apapun angin dan badai hinaan menghantam, aku telah bulatkan niat untuk tetap menggunakan jilbab. Agar pengetahuan agamaku semakin bertambah, maka, akupun melahap buku-buku agama, yang aku beli di toko-toko buku.

Karena membaca pengalaman betapa sukarnya berjalan di jalur yang diridhai Allah, setiap kali melaksanakan shalat, aku senantiasa berdo’a kepada-Nya.

“Ya Allah, sudilah kiranya Engka memberikanku pendamping hidup yang mendukung apa yang aku yakini sebagai kebenaran ini,” begitu doaku.

Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengabulkan do’a-do’a hambanya. Melalui perantara kedua orangtuaku, aku akhirnya dijodohkan dengan seorang aktivis dakwah yang sebelumnya tak pernah aku kenal.

Aku sangat bersyukur berdampingan dengannya. Selain ia sebagai figur suami yang baik, ia juga merupakan  sosok pembimbing yang senantiasa mengarahkan ke pada jalan yang benar, yang diridhai oleh Allah. Yang sangat membahagiakanku, ia adalah seorang yang sangat mengerti agama dan seorang dai.

Saat ini, kami telah dianugerahi dua putra dan dua putri. Selain sibuk mengurusi rumah tangga dan mendidik anak-anak, aku juga aktif di  organisasi muslimah yang berada di bawah naungan salah satu harakah Islam.

“Ya Allah, kini akhirnya aku dapat merasakan lezatnya nikmat iman ini.”

“Wahai para Muslimah, gunakanlah hijab sesuai dengan apa yang telah ditentukan oleh agama (Islam) yang indah dan mulia ini. Dengan hijab itu identitas kalian akan lebih jelas. Tanpanya, bukan hanya keimanan kita saja yang kurang nampak, namun, keislaman kitapun patut dipertanyakan.” [kisah ini diceritakan langsung oleh Ibu Fina kepada hidayatullah.com/Robin Sah/www.hidayatullah.com

penasaran???......
Category: 0 komentar



Iblis-iblis yang mewakili 7 dosa manusia

1. Lucifer (Pride/Kebanggaan)

Dalam bahasa Latin, kata "Lucifer" yang berarti "Pembawa Cahaya" (dari lux, lucis, "cahaya", dan "ferre", "membawa")adalah sebuah nama untuk "Bintang Fajar" (planet Venus ketika muncul pada dini hari). Lucifer menurut kisah-kisah dulunya adalah malaikat, namun akhirnya diturunkan ke bumi karena menentang Tuhan, yang ketika itu mulai menciptakan Adam.

2. Mammon (Greed/Keserakahan)

Mammon adalah iblis keserakahan, kekayaan dan ketidakadilan. Orang-orang yang menyembah Mammon yang setara dengan orang-orang rakus pada uang. Nah gambar di atas memperlihatkan Mammon sedang menahan uang/harta di pangkuannya (itu artinya pelit) dan menginjak kepala seseorang (itu bisa diartikan menginjak penyembahnya atau bisa pula sedang menginjak orang lain untuk kekayaannya).

3. Asmodeus (Lust/Nafsu seks berlebihan)

Asmodeus adalah setan nafsu dan karena itu bertanggung jawab untuk memutar hasrat seksual orang. Dikatakan bahwa orang yang jatuh ke cara Asmodeus akan dihukum selamanya di neraka tingkat kedua. Dia membawahi tujuh puluh dua pasukan setan di bawah komandonya. Dia adalah salah satu raja neraka di bawah Lucifer. Dia digambarkan muncul dengan tiga kepala, yang pertama adalah seperti banteng, yang kedua seperti laki-laki dengan mahkota, dan yang ketiga seperti domba jantan. Dia memiliki ekor ular, dan dari mulutnya mengeluarkan api. Selain itu, ia duduk di atas sebuah neraka naga dan memegang tombak.

4. Leviathan (Envy/Iri hati)

Leviathan adalah salah satu dari tujuh pangeran dari neraka dan pintu neraka ada di mulutnya (Hellmouth). Leviathan identik dengan rakasa laut besar. Leviathan adalah salah satu setan yang dikatakan untuk menggoda laki-laki dalam melakukan penghujatan. Penghujatan ini bisa diartikan karena alasan dendam yang timbul karena iri atau dengki dengan sesuatu hal.

5. Beelzebub (Gluttony/Rakus makan)

Beelzebub adalah nama dari salah satu dari tujuh raja neraka dan digambarkan sebagai dewa lalat. Dia mengajak seseorang untuk makan banyak, mahal, rakus, dan pilih-pilih makanan. Dosa ini kelihatan kecil, karena hanya masalah makan, tetapi ernyata menjadi dosa yang besar.

6. Satan/Amon (Wrath/Kemarahan)

Dia adalah perwujudan dari antagonisme yang berasal dari agama-agama Abrahamik. Dia memunculkan kemarahan yang akhirnya bersifat detruktif dan menimbulkan dosa. Contoh dari akibat dari dosa ini adalah membunuh (bisa juga membunuh orang lain buat pemujaan). Namun yang paling berat dari dosa ini adalah bunuh diri.

7. Belphegor (Sloth/Kemalasan)

Belphegor digambarkan dalam dua model berbeda: sebagai seorang wanita muda yang cantik ketika di dunia atau sebagai iblis berjenggot mengerikan dengan tanduk dan kuku yang tajam. Dia sering dikatakan juga sebagai iblis kekayaan yang didapat dengan licik. Dia mendorong seseorang untuk mendapatkan kekayaan dengan cara mudah dan jika perlu dengan menipu. Sebagai contoh adalah korupsi. Nah, setelah kaya maka waktunya untuk bermalas-malasan tanpa bekerja. Kemalasan, bagi kita biasanya bisa menjadi sebuah kebiasaan.

penasaran???......
Category: 0 komentar